Disusun Oleh : Ideh (Kabid TPH)
Cabai telah lama menjadi salah satu komoditas pertanian penting di Nusantara. Bahkan, bagi banyak penduduk Indonesia makanan tanpa rasa pedas dinilai kurang lengkap. Tak heran jika masyarakat Indonesia sangat menyukai cita rasa makanan pedas.
Berdasarkan sejarah, cabai bukanlah tumbuhan asli dari Indonesia. Tetapi, berasal dari Benua Amerika dan dibawa masuk oleh para pelaut Spanyol dan Portugis ke Asia Tenggara pada abad ke 16 bersama dengan 2000 an jenis tumbuhan lainnya.
Cabe diperkirakan ditemukan sejak ± 9000 tahun lalu dan dianggap berasal dari Meksiko atau Peru. Dari daerah tersebut, cabe menyebar ke Eropa, ke Hindia, lalu kembali ke Eropa lagi.
Di akhir abad ke 15, Christopher Columbus membawa cabai ke Eropa. Setelah menyebar luas ke Eropa, para penjelajah tersebut yang dipimpin oleh Christopher Columbus baru membawa cabai ke Asia Tenggara di abad ke 16.
Sedangkan di Indonesia secara umum, ada beberapa jenis cabai yang dikenal oleh masyarakat semisal cabe rawit, keriting, dan merah besar. Salah satu varian cabai yang dibudidayakan adalah cabai keriting. Cabai keriting merupakan tanaman musiman dengan warna daun hijau tua serta tingginya bisa mencapai ± 1 meter.
Secara umum, tumbuhan ini mampu tumbuh secara baik di dataran rendah sampai dataran tinggi. Bentuknya panjang serta ramping dengan tekstur keriting. Warna buahnya ada yang merah, hijau, dll.
Di dalam buahnya terdapat biji – bijian berukuran kecil tetapi sangat keras. Biji – bijian tersebut lah yang memberikan rasa pedas saat dimakan.
Selain berfungsi sebagai penambah cita rasa pedas dalam makanan, cabai keriting juga memiliki aneka ragam manfaat baik untuk tubuh.
Manfaat cabai keriting untuk tubuh yaitu :
• Menjaga kesehatan mata
Kandungan vitamin A dalam cabe keriting sangat baik untuk menjaga kesehatan mata, sehingga mata tetap dalam kondisi prima dan terhindar dari gangguan mata
• Daya tahan tubuh tetap terjaga
Cabai terbukti mampu membuat daya tahan tubuh tetap terjaga karena mengandung vitamin C. Vitamin C mampu melindungi sel – sel tubuh dari serangan radikal bebas, sehingga kondisi tubuh tetap dalam kondisi fit
• Mengatasi masalah impotensi
Kandungan zat capsaicin dalam buah cabe berperan penting dalam mengatasi masalah impotensi, sehingga penderita impotensi disarankan mengkonsumsi cabai
• Menguatkan serta menjaga kesehatan tulang
Kandungan mineral kalsium serta fosfor banyak terkandung di dalam buah cabe. Kalsium serta fosfor berperan penting bagi kesehatan tulang, sehingga dengan mengkonsumsi buah cabe maka tulang akan kuat dan kesehatannya tetap terjaga
• Mencegah penyakit jantung koroner
Capsaicin juga sangat berperan penting dalam mencegah penyakit jantung koroner. Mengapa ?? Karena capsaicin mampu mencegah terjadinya pembentukan kerak lemak pada pembuluh darah, sehingga tubuh terhindar dari penyakit jantung koroner
Syarat Tumbuh Cabai Keriting
Syarat tumbuh cabai keriting secara umum sama dengan syarat tumbuh cabai merah biasa. Seperti misalnya kondisi tanah harus subur, gembur, kaya unsur hara, memiliki sistem drainase baik, serta memiliki kisaran pH berkisar 6 – 7.
Ketinggian dataran yang direkomendasikan yaitu sekitar 0 – 1300 mdpl, memiliki curah hujan stabil sekitar ± 600 – 1250 mm per tahun, memiliki suhu 20 – 25° C, mempunyai tingkat kelembaban berkisar ± 50 % – 60 %, serta terkena sinar matahari secara langsung dalam jumlah cukup.
Cabe keriting yang bisa dipilih dan digunakan oleh petani adalah Kastilo F1. Cabai tersebut kini banyak dilakukan oleh petani.
Budidaya cabe Kastilo bisa dilakukan di sawah maupun di pekarangan rumah. Jika lokasi penanaman cocok ditambah dengan dikelola secara tepat maka hasil panennya tentu akan sesuai dengan harapan petani. Sehingga, keuntungan dari hasil penjualan cabe Kastilo bisa lebih maksimal.
Proses pembudidayaan di halaman rumah umumnya dilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahan, baik untuk penghobi tanaman ataupun masyarakat biasa.
Metode penanaman yang digunakan umumnya menggunakan metode hidroponik jika ketersediaan lahan tanam cukup terbatas.
Metode hidroponik beberapa tahun belakangan menjadi sangat populer dan menjadi tren terutama di masa pandemi seperti saat ini.
Penggunaan metode hidroponik untuk menanam benih Kastilo F1 memiliki banyak manfaat, seperti contohnya hemat air, menghemat tempat, serta mudah untuk dipelihara.
Tahap-tahap menanam benih/biji Cabai Keriting Kastilo
· Merendam Benih Cabai Keriting Kastilo F1
- Rendam biji Cabai Keriting Kastilo F1 dengan air hangat (suhu 35-45 C) selama 3 jam.
- Air untuk merendam sebaiknya air kemasan atau air matang.
- Saat akhir perendaman, jika ada biji yang masih mengapung, buanglah.
- Ambil biji menggunakan saringan dan cuci dengan air bersih (air matang).
- Air matang adalah air yang sudah direbus dan dapat diminum langsung.
- Tiriskan/entaskan (biarkan di udara terbuka sampai kering sendiri).
· Penyemaian Benih Cabai Keriting Kastilo F1
- Siapkan wadah penyemaian (berupa nampan, tray, kaleng bekas, dsb).
- Bagian bawahnya harus diberi lubang secukupnya untuk sirkulasi air.
- Sehari sebelum semai, isi dengan media semai hingga 3/4 nya.
- Komposisi media semai = tanah : pasir/sekam : kompos = 1 : 1 : 1.
- Taburkan biji Cabai Keriting Kastilo F1 secara merata di media semai.
- Tutup benih dengan media tanam tipis-tipis.
- Semprotkan air yang halus (gunakan spray).
- Tutup wadah semai dengan plastik bening yang diberi 4 – 8 lubang.
- Letakkan di tempat yang terkena sinar matahari langsung.
- Jika media kering, buka plastiknya, semprotkan air halus, tutup kembali.
- Ketika benih mulai berkecambah, buka tutup plastiknya.
- Jaga medianya agar tidak kering dan tidak terlalu basah.
- Semprotkan air halus 1-2 kali sehari bila medianya kering.
- Benih mulai bertunas dalam waktu 3 – 9 hari.
- Persemaian diakhiri setelah memiliki 4 – 5 helai daun.
· Penanaman Bibit Cabai Keriting Kastilo F1
- Siapkan wadah/tempat menanam (polybag, pot, kaleng bekas, dsb)
- Polibag/pot harus diberi lubang di bagian bawahnya.
- Masukkan batu-batu kecil agar lubang tidak tersumbat tanah.
- Sehari sebelum tanam, isi polibag/pot dengan media tanam hingga 3/4 nya.
- Komposisi media tanam = tanah : pasir/sekam : kompos = 2 : 1 : 1.
- Setelah bibit Cabai Keriting Kastilo F1 memiliki 4 – 5 helai daun, pindahkan ke polibag/pot.
- Caranya: Buat lubang terlebih dulu di polibag/pot.
- Ambil bibit beserta tanah di sekitar akarnya.
- Masukkan ke lubang dengan posisi tegak, tambahkan tanah di sekitarnya.
- Letakkan polibag/pot di tempat terang namun aman dari hujan.
- Setelah tumbuh daun baru, letakkan polibag/pot di tempat terbuka.
- Lakukan perawatan terhadap tanaman Cabai Keriting Kastilo F1
· Merawat Tanaman Cabai Keriting Kastilo F1
- Jika media tanam cenderung kering, siram 2 kali sehari, pagi dan sore.
- Jika media tanam cenderung lembab, siram 1 kali sehari, pagi atau sore.
- Lakukan pemupukan sesuai petunjuk pada kemasan masing-masing pupuk.
- Pasanglah ajir (penyangga) ketika sudah tumbuh sekitar 17 – 21 cm.
- Jarak ajir dengan tanaman sekitar 5 – 7 cm.
- Lakukan penyulaman jika bibit tumbuh tidak sempurna atau rusak atau mati
- Lakukan penyiangan jika tumbuh gulma.
- Lakukan pembumbunan jika tanah di sekitar tanaman tergerus
- Semprotkan insektisida dan akarisida hanya jika diperlukan (terserang hama).
- Semprotkan fungisida hanya jika diperlukan (terserang penyakit).
· Panen Cabai Keriting Kastilo F1
- Panen Cabai Keriting Kastilo F1 sudah dapat dilakukan 110 – 166 HST (Hari Setelah Tanam).
Resistensi Hama Dan Penyakit Tanaman Pada Cabe Kastilo
• Antraknosa / Patek
Antraknosa / patek merupakan salah satu penyakit utama tumbuhan cabai, terutama di musim penghujan. Kondisi lingkungan lembab serta basah akan semakin memudahkan penyakit antraknosa makin berkembang.
Sampai saat ini, penyakit antraknosa masih menjadi salah satu penyakit utama tanaman cabe karena tergolong cukup susah untuk dikendalikan. Kerugian akibat serangan antraknosa bahkan bisa mencapai 100 persen.
Antraknosa / patek disebabkan oleh serangan cendawan Colletotrichum capsici. Patogen ini mampu bertahan hidup secara cepat dalam lingkungan dengan suhu dibawah 32° C serta tingkat kelembaban 90 %.
Cendawan Colletotrichum mampu bertahan hidup pada sisa – sisa tanaman ataupun buah yang sudah terinfeksi, di dalam tanah, dll.
Untuk penularannya, penyakit antraknosa menyebar melalui media seperti air hujan, angin, alat – alat pertanian, manusia, penyemprotan pestisida, dll.
Antraknosa mampu menyerang dari awal sampai akhir fase pertumbuhan tanaman, mulai dari fase vegetatif sampai fase generatif. Penyakit ini juga umumnya bisa menyerang hampir semua bagian tanaman, seperti ranting, cabang, daun, sampai buah.
Gejala cabai terserang antraknosa terdapat bercak melingkar cekung pada buah dengan warna coklat tua pada pusatnya serta berwarna coklat muda di sekeliling lingkaran bercak tersebut.
Setelah beberapa waktu, bercak tersebut akan membesar dan menyebabkan buah menjadi kering, busuk, lalu akhirnya rontok.
• Layu Bakteri
Serangan bakteri Pseudomonas solanacearum merupakan penyebab dari penyakit layu bakteri. Bakteri ini biasa hidup serta berkembang pada jaringan batang tanaman.
Akibat serangan penyakit layu bakteri, tanaman menjadi layu mulai dari bagian bawah tanaman hingga terus menyebar ke atas ke bagian ranting muda. Selain itu, jaringan xylem pada bagian akar serta batang tanaman menjadi berwarna coklat.
Bakteri Pseudomonas solanacearum mampu berkembang biak secara sempurna pada lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi serta memiliki suhu ± 30 – 35° C.
Penyebaran patogen ini menyebar melalui media tanah dan mampu bertahan hidup di dalam tanah dan juga sisa – sisa tanaman dalam waktu cukup lama.
Gejala awal penyakit layu bakteri yaitu daun tanaman mengalami kelayuan. Pada cuaca panas, daun – daun muda mengalami layu sampai ke bagian ujung percabangan. Lalu, pada cuaca dingin akan terlihat segar kembali.
Beberapa daun tua dan daun muda bagian bawahnya menjadi berwarna kuning. Jika bagian tanaman yang terinfeksi (tangkai daun, cabang, serta batang) apabila dipotong serta dibelah di dalamnya akan terlihat pembuluh berwarna coklat.
Pada stadium lanjut, bagian batang yang telah terinfeksi penyakit layu bakteri jika dipotong akan mengeluarkan lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir tersebut lah yang bisa menjadi salah satu pembeda penyakit layu bakteri dengan layu fusarium.
Biasanya, bakteri Pseudomonas menginfeksi melalui luka pada tanaman yang disebabkan oleh hama siput, serangga, nematoda, ataupun hama jenis lainnya.
• Virus Gemini
Virus Gemini banyak ditemui pada daerah – daerah sentra produksi utama tanaman cabai, seperti Banyuwangi, Kediri, Cianjur, Blitar, dll.
Pada tahun 2018 saja, serangan virus Gemini di Kabupaten Kediri tergolong cukup masif. 80 persen lebih dari total 4000 hektar lahan sangat terpengaruh akibat serangan virus Gemini. Akibat serangan virus Gemini, tingkat produktivitas cabe menjadi menurun.
Virus Gemini tidak bisa menular karena terbawa benih atau menular melalui tanaman yang bersinggungan. Gemini virus umumnya ditularkan oleh hama vector, seperti kutu kebul Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia.
Kutu kebul dewasa yang memiliki virus bisa menularkan virus Gemini ke tanaman sehat saat dia sedang makan. Kutu kebul yang memiliki sifat polifag (mampu memakan banyak jenis tanaman) membuat penyebaran virus Gemini menjadi lebih luas.
Gejala tanaman yang telah terserang virus kuning atau Begomovirus tergolong cukup bervariasi. Contohnya saja seperti daun menjadi keriting, menguning, serta ukuran daun menjadi lebih kecil. Jika menyerang pada fase pembungaan (generatif), bunga banyak yang akan rontok.
• Hawar Daun Phytophthora
Penyakit hawar daun Phytophthora disebabkan oleh infeksi bakteri Phytophthora capsici. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit cabai yang cukup menakutkan bagi petani.
Serangan hawar daun Phytophthora tak mengenal waktu, baik tanaman berumur muda sampai dewasa tetap bisa terserang.
Jika tanaman muda terserang, maka tanaman bisa membusuk serta mati muda. Jika tanaman dewasa terserang, maka tanaman akan mengalami layu, membusuk, serta akhirnya mati.
Spora cendawan Phytophthora menyebar melalui media seperti air hujan, angin, peralatan kerja, dll. Spora tersebut mampu bertahan hidup di dalam tanah dan akan menginfeksi bagian akar serta batang.
Gejala umum dari hawar daun Phytophthora yaitu tumbuhan layu mulai dari bagian batang atau pangkal batang mengalami pembusukan.
Pada pangkal batang atau percabangan terlihat busuk kering, menyempit seperti tercekik dan memiliki warna coklat kehitaman.
Tangkai daun serta tangkai buah yang telah terinfeksi menjadi layu dan menyebabkan daun dan buah menjadi rontok. Buah yang telah terinfeksi akan terlihat seperti tersiram air panas, busuk basah, lalu kemudian akan rontok.
Tak heran apabila penyakit hawar daun Phytophthora telah menyerang bisa menyebabkan kegagalan panen sampai 100 persen.
Faktor pemicu penyakit hawar daun Phytophthora yaitu intensitas hujan tinggi, kondisi lingkungan basah dan hangat dengan suhu sekitar ± 26° C, tanaman inang, dll. *******